Kamis, 27 September 2012

DALAM MENDIDIK ANAK APAKAH BOLEH MEMUKUL?



Oleh Kak Pujianto

Sahabat-sahabatku yang baik hatinya, menanggapi status FB saya tentang  Apakah mendidik anak boleh memukul anak atau tidak, ternyata banyak yang berkomentar  boleh dan ada juga yang berkomentar tidak boleh tentunya dengan alasan. ada juga yang enggan berkomentar karena menunggu jawaban dari saya apakah menurut saya boleh atau tidak.

Memukul dan memukuli atau terpukul itu berbeda artinya, kalau memukul bisa sekali saja sedangkan memukuli biasanya orang mengartikan dipukul berkali-kali sedangkan terpukul artinya bisa kena pukulan yang tidak disengaja atau ada arti lain tentang terpukul, misalnya merasa bersalah.
Baiklah tentang bolehkah mendidik anak dengan cara memukul? jawaban saya adalah BOLEH, tetapi itu adalah cara paling-paling –paling terakhir, anggaplah pukulan itu senjata terakhirlah, artinya kalau terpaksa ya pukul saja.
Dalam mendidik anak yang sering saya share ke sahabat-sahabatku yang mengikuti seminar parenting saya mengunakan istilah mendidik anak dengan hati,  metode inilah yang menjauhkan kita pada kekerasan anak, apasih mendidik anak dengan hati? mendidik anak dengan hati adalah mendidik anak yang tidak menyakiti anak yang dididiknya ” bahasa gaulnya mendidik anak harus dengan perasaanlah” seharusnya didikan akan menghasilkan sesuatu karakter yang baik, didikan akan menghasilkan perubahan yang negative menjadi positif. saya akan mencoba membahasnya dengan sederhana namun tidak terlalu luas, agar lebih menitik beratkan pada alasan memukul saja.

Bagaimana metode mendidik anak dengan hati, ada empat point ?
1. Terima dan perlakukan anak dengan seutuhnya  serta  penuh tanggung jawab
2.  Menjadi teladan
3.  Menyenangkan hati anak
4.  Menghukum
5.  Memberikan hadiah
khusus dalam hal ini saya akan membahas pint ke 4 yaitu menghukum.

Mendidik anak harus menghukum, kalau anak tidak pernah merasakan hukuman atau tidak pernah dihukum maka anak akan menjadi liar atau anak akan menjadi orang yang manja, cengeng dan suka mengeluh, namun demikian hukuman memiliki tujuan, apa tujuan hukuman ;

Fungsi hukuman
1. Menyadarkan kesalahan
Kalau anak salah lalu menyadarinya maka kita tidak boleh menghukumnya, kita hanya memotifasi agar selanjutnya berhati-hati karena semua orang pasti bisa berbuat salah, kalau anak sering salah di permasalahan yang samapun kita tidak boleh langsung menghukum, orang tua harus membantu mencari solusi agar tidak terjadi salah kembali, namun ketika anak sudah diberitahu berkali-kali dan mengetahui kalau itu salah lalu dilakukan lagi maka kita wajib memenghukumnya, agar dia tau kalau ada konskwensi kesalahan.
  
2. Menekankan aturan
Orang tua tidak boleh asal menghukum, hukumanpun ada tingkatanya, ada satuan waktunya berapa lama dia menghukum, dan orang tua juga tidak boleh menghukum karena melampiaskan kemarahanya atau hobi menghukum.
Buatlah peraturan di rumah, disekolah dan berikan panismenya, misalnya jam berapa anak belajar, tidur dan jam berapa anak nonton TV, kapan boleh main internet, playstion, atau bermain. atau peraturan waktu sholat semua harus sholat kecuali dede bayi. nah kalau melanggar maka akan kena hukuman. misalnya melanggar maka hukumanya tidak dapat uang jajan, atau tidak boleh bermain internet seminggu atau sita HP. dan seterusnya. namun sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu dan mendapatkan persetujuan antara orang tua dan anak serta suami istri, suami dan istripun harus sepakat tidak boleh saat suami menghukum maka istri membela atau sebaliknya.

3. Anak tahu mana boleh & tidak
Kalau anak sudah tau itu tidak boleh dilanggar maka dilanggar maka kita boleh menghukum.
Hukuman harus dimulai dari hal yang ringan sampai hal yang berat bahkan paling berat, hukuman yang  membuat jera.
Hukuman yang membuat jera anak bukan hukuman kekerasan pada fisik, jangan menghukum fisik kalau tidak terpaksa.
Hukuman yang bisa membuat jera anak bisa dengan mengambil sesuatu yang dia sayangi. misalnya menyita HP nya, tidak boleh nonton TV, main game internet dan lain-lain, anda bisa melihat  apasih yang paling spesial dalam hidupnya.
Menghukum anak harus melihat usia, usia balita, berbeda dengan usia remaja cara hukuman pada anak remaja tidak bisa digunakan pada anak, menghukum juga harus tau waktu, jangan terlalu lama, anak usia dini, anak saya 3 tahun, sangat efektif ketika istri saya menghukumnya dengan hukuman duduk; wow dudukpun bisa menjadi hukuman kenapa, anak 3 s.d 5 tahun memang masanya masih suka yang lari sana-lari sini dan konsetrasinya masih paling lama 12 menit maka saat dia salah dan dipaksa untuk duduk 7 menit saja sudah bosen. jangan menghukum anak  balita dikamarmandi terlalu lama karena bisa – bisa malah menikmati dengan bermain air.
Perhatikan tempat apakah aman atau tidak bagi anak, kalau memasukan anak ke kamar mandi PERHATIKAN  licinkah dan bau menyengatkah, atau biasanya ada memutih atau bahan kimia lainya, kalau dihukum dalam Gudang, apakah ada barang yang berbahaya atau tidak.
HUKUMAN juga bisa dengan ANCAMAN  dengan catatan jangan mengancam dengan acancaman yang tidak akan kita lakukan karena akan menjadi boomerang buat kita, misalnya “ Kalau kamu gak mau belajar maka bunda akan bilang sama gurunya biar di keluarin dari sekolah” nah anda tidak akan pernah melakukan itu bukan, kalau anda mengancam dengan acaman seperti itu maka anak akan berkata “ Ah bunda pembohong”
MEMUKUL, Jangan memukul pada bagian muka, tangan, badan, kepala dan kaki, bagian yang tepat untuk memukul adalah bagian pantat disitulah bagian tubuh yang tidak berbahaya, kendati demikian kita tidak boleh memukul terlalu keras perhatikan anak kita ketika kita pukul, jangan memukul terus kalau anak sudah merasa bersalah.
saya menyarankan jangan memukul dengan tangan kita, kenapa agar anak kita tidak trauma dengan tangan kita,lalu dengan apa, bisa dengan kayu, atau rotan kalaupun trauma denganrotan tak masalah agar anak  ketika melihat rotan dia akan mengingat bahwa kalau saya salah maka saya di hokum dengan rotan dan selanjutnya dia akan berlaku hati-hati.
Setelah menghukum/memukul sebaiknya kita meminta maaf, memeluk dan katakan kalau kita sayang dan terpaksa menghukum agar kamu menjadi anak yang baik, soleh atau solehah.
Kalau berkaca pada ajaran-ajaran agama pasti ada ayat-ayat atau aturan tersendiri masalah boleh dan tidak boleh menghukum, misalnya Islam;
seseorang boleh  bersikap keras terhadap anak-anaknya manakala melihat mereka lalai atau mendapati kesalahan pada diri mereka. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 170-171)
Rasulullah r memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya apabila mereka enggan menunaikan shalat ketika telah berusia 10 tahun.

Demikian yang disampaikan Abdul Malik bin Ar-Rabi’ bin Sabrah dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah r bersabda:
“Perintahkanlah anak untuk shalat ketika telah mencapai usia tujuh tahun. Dan bila telah berusia sepuluh tahun, pukullah dia bila enggan menunaikannya.” (HR. Abu Dawud no. 494, dan dikatakan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud: hasan shahih)
Dalam islam Orang tua tidak diperkenankan memukul wajah. Hal ini secara umum dilarang Rasulullah r, sebagaimana dalam hadits Abi Hurairah z:
“Apabila salah seorang di antara kalian memukul, hendaknya menghindari wajah.” (HR. Al-Bukhari no. 2559 dan Muslim no. 2612)
Para ulama mengatakan bahwa ini adalah larangan memukul wajah secara tegas. Karena wajah merupakan sesuatu yang lembut yang terkumpul padanya seluruh keindahan. Anggota-anggota tubuh yang ada di wajah demikian berharga, dan sebagian besar penginderaan seseorang diperoleh dengan anggota tubuh tersebut. Sehingga terkadang pukulan di wajah bisa menghilangkan atau mengurangi fungsi anggota tubuh itu, terkadang pula menjadikan wajah cacat.

Dalam agama kristiani yang di tulis dalam kitabnya Amsal13:24 ” Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya;  tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. kalau waktunya harus memukul maka boleh memukul.
Kalau berbicara pada agama maka saya mengembalikan kepada para ulama, pendeta, atau para pemimpinya.
Intinya BOLEH memukul tetapi itu cara terakhir.
  


    


Selasa, 18 September 2012

KAPAN SIH YANG MENENTUKAN KESUKSESAN SESEORANG

Para guru yang baik hatinya, Pernahkah anda mendapat pertanyaan tentang kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Apa jawaban anda sebagai seorang guru saat itu?

Pada usia Emas 0-6 tahun,perkembangan otak sangat cepat hingga 80 persen. Pada saatlah otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi dengan cepat, tidak melihat baik dan buruk. usia inilah dimana anak masuk pada masa-masa perkembangan fisik,mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. 
Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagaiorang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang.Sebagai orang tua kadang kita tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa.Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?




Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. 

Kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecerdasan hati artinya orang yang sukses adalah orang yang bisa membangun hubungan yang baik kepada orang lain, kecakapan membangung hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah,karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan  dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu,lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu,Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakteranak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

AJARKAN ANAK AGAR GEMAR MEMBACA


Oleh : Kak Pujianto


Buku adalah jendela dunia,  pepatah tersebut sering sekali kita dengar, bahkan diantara  anda pembaca mungkin tidak asing mendengar pepatah itu, pepatah tersebut menurut saya  Tidak berlebihan  karena dengan membaca wawasan kita terhadap berbagai pengetahuan di dunia ini akan bertambah. terlebih bagi anak-anak kita,  membaca sangatlah penting bagi perkembangan kecerdasanya.
Membaca adalah salah satu upaya terbaik untuk membantu perkembangan otak anak. Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.

BOLEH MENGHUKUM ANAK, SELANJUTNYA?....

M enghukum ‘harus’ dilakukan selanjutnya cukup mengancam, tidak perlu dan tidak harus selalu menghukum. Jadi misal anak nakal, dulu kita puk...