Lagu dan gerakan "Jalan Bersama " membuat pelatihan ini hidup dan suasanapun nampak seperti suasanan anak-anak di kelasnya. MUKA TEBAL HATI SUCI itulah moto yang seharusnya di miliki oleh semua pendidik, artinya jangan takut malu untuk mengajar anak karena di hati kita tersimpan ketulusan dan kejujuran untuk memberikan yang terbaik buat anak didiknya
Lihatlah lenggak lenggok dan manja sang guru, betapa pentingnya pelatihan seperti ini karena setidaknya akan merubah setiap peserta yang adalah guru untuk tidak malu-malu, guru pemalu akan gagal saat menyampaikan pelajaran
Kak Yudi pembicara yang membawakan sessie Alat peraga, dengan bangga memberikan materi bagaimana bahan-bahan bekas yang ada di sekeliling kita bisa di buat sebagai alat peraga
Seminar Parenting bersama: Ir JArot Wijanarko
Sederhana, lucu namun mengena itulah yang dirasakan peserta seminar parenting yang dibawakan oleh direktur Pt Happy Holy Kids, kurang lebih 2 jam di tambah 30menit untuk sesie tanya jawab membuat peserta seminar puas "wah saya salah selama ini cara menididik anak" komentar dari ibu teti saat di tanya oleh wartawan ppg " selama ini saya main gebuk aja waktu marah,padahal amukan kita berpengaruh ke spikilogi anak saya" tambah teti yang selalu ikut seminar seperti ini.
Duduk di kursi anak-anak tak membuat para orang tua cape atau canggung, semangat untuk mengikuti seminar ini terus menggebu
Pak jarot nampa serius ketia menyampaikan materi yang berkaitan dengan cara atau tips mendidik anak." anak saya dulu hampir gak naik kelas dan anak pertama suka gigit kuping temanya, namun hari ini semua anak saya mendapat beasiswa dari pemerintah singapur untuk bersekolah dii sekolah terbaik disana, bukan hanya itu saja dari biaya perjalanan pulang pergi, tempat tinggal sampai uang jajan pun di bayarin
Dengan kondisi ibu saat ini, saya bisa memahami, betapa sulitnya membagi waktu, tenaga dan pikiran untuk anak-anak dan keluarga.
Kalau saya mencermati permasalahan ibu, saya menyimpulkan bahwa permasalahan ibu saat ini sebenarnya terletak di dua masalah utama.
Untuk itu, saya harap, saran-saran berikut ini dapat bermanfaat untuk meringankan beban ibu dalam pengasuhan anak:
Masalah 1: Tentang kondisi keterlambatan belajar si sulung
Pertanyaan berikut ini mungkin bisa dijadikan acuan untuk menemukan solusi yang praktis bagi si sulung, yaitu:
1. Bagaimanakah pola belajarnya selama di rumah? Apakah padat tanpa waktu bermain sehingga anak jenuh? Ataukah longgar tanpa disiplin waktu belajar yang disepakati sehingga anak lalai?
2. Sudahkah ditemukan informasi dari guru, guru les, termasuk anak ibu sendiri, apa yang menyebabkan belajarnya terhambat? Apakah factor guru, factor pelajaran, factor kejenuhan, factor ketegangan, factor gaya belajar yang kurang sesuai (misalnya anak lebih mudah belajar dengan cara praktek langsung, namun, dipaksa dengan cara menghafal)? Atau factor biologis (dalam hal ini: ada kemungkinan gangguan yang memang membutuhkan terapi khusus atau obat, yaitu dysleksia dan sejenisnya)?
3. Bagaimana metode ibu dalam menghadapi si sulung? Apakah dengan keras dan tegang? Atau sedikit timpang dari adiknya (yang dapat menimbulkan kecemburuan dan akhirnya mencari perhatian dengan cara yang diketahui)?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat dirangkum dalam 4 (empat) K, yaitu Kendalikan emosi (dengan memastikan terlebih dulu penyebab utama dari permasalahan anak, agar tidak salah perlakuan), Kerja sama (antar kedua orang tua dan anak), Komunikasi yang membangun (tidak menghakimi ataupun menegatifkan anak), dan Konsistensi (terhadap aturan main yang sudah disepakati bersama anak, misalnya jam main, jam belajar, dll)
Masalah 2: Tentang kondisi emosi ibu dalam peran sebagai orang tua.
Permasalahan merupakan bagian dari hidup. Dan justru dengan adanya masalah itulah, kita dapat bersyukur karena kita diberikan anugerah untuk memperjuangkan sesuatu, terutama demi keluarga.
Untuk itu, saya coba membantu dengan memberikan saran terkait dengan pembagian peran untuk mencapai kebahagiaan optimal, sebagai ibu, sebagai istri, maupun sebagai pribadi.
Dalam satu hari, kita memiliki 24 jam yang dapat kita gunakan, di mana rata-rata orang, pembagiannya waktunya sebagai berikut:
8 jam = Waktu Istirahat/ tidur (kualitas terbaik adalah 6 s/d 7 jam)
8 jam = Waktu Berkarya/ Bekerja sesuai tuntutan peran masing-masing (termasuk ibu rumah tangga)
8 jam = Waktu Pribadi (bersenang-senang, keluarga, teman, atau lain-lain)
Bila waktu kita lebih banyak:
a) Bekerja/ Berkarya dan Istirahat saja ( – Pribadi) ? kita akan mudah stress dan jenuh
b) Pribadi dan Istirahat saja ( – Berkarya) ? kita menyia-nyiakan waktu
c) Bekerja/ Berkarya dan Pribadi ( – Istirahat) ? kita mudah terkena penyakit dan tubuh kita akan mengalami kelelahan yang mengurangi efektitas segalanya
Dengan melihat pembagian waktu tersebut, saya mengasumsikan bahwa ibu terlalu menguras seluruh energi, pikiran dan tenaga ibu untuk berkarya sebagai ibu rumah tangga sehingga ibu mengalami kejenuhan dan tekanan.
Hal ini dapat ibu atasi dengan mengambil waktu luang yang benar-benar pribadi diri sendiri untuk refreshing sejenak, sehingga ibu akan siap kembali secara emosi menjalankan peran ibu dengan penuh syukur, bahwa ada anak-anak yang lucu, yang dapat ibu perjuangkan.
Karena anak adalah anugerah hidup bagi orang tua dan orang tua adalah malaikat pelindung bagi anak.
Demikian saran kami. Semoga bermanfaat bagi kebahagiaan keluarga ibu.
Salam sukses!
Tim Psikologi Anak
sumber : www.psikoanak.com