Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua orang anak. Anak saya yang pertama, perempuan kelas 3 SD dan yang kedua, laki-laki sudah sekolah TK-B.
Sungguh luar biasa kedua anak saya ini, yang pertama di sekolahnya ia masih sering ketinggalan pelajaran, karena terlambatnya membaca dan menulis. Sedangkan yang kedua pada usia 2 tahun dideteksi autis. Syukurlah anak saya yang kedua menunjukkan perkembangan yang luar biasa, karena penanganannya yang dilakukan sejak dini, sehingga kemampuan sosialisasinya sudah mengalami kemajuan yang sangat cepat sekali.
Dari kedua anak saya ini, terkadang saya sebagai ibu, merasa sangat lelah dan putus asa menghadapi kedua anak saya. Terutama anak saya yang pertama, karena hampir setiap hari saya selalu mendapatkan laporan dari sekolah mengenai keterlambatan anak saya mengikuti pelajaran di sekolah. Saya mengakui selama saya menerapi anak saya yang kedua, saya menjadi kurang memperhatikan anak saya yang pertama. Sehingga untuk mengatasinya, saya panggilkan guru privat. Tetapi tetap saja masih ada laporan dari guru. Saya jadi bingung menghadapi anak saya.
Jika saya sudah sangat lelah baik badan maupun pikiran saya, ketika menghadapi perilaku anak yang menjengkelkan, saya selalu marah-marah kepada mereka.
Saya rasanya sudah tidak kuat dan saya merasa tidak ada ketenangan yang saya rasakan. Setiap hari terasa berat sekali beban yang saya rasakan. Saya ingin merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup saya, terutama bersama dengan keluarga. Namun bagaimana caranya, saya mohon saran dan bantuannya, bagaimana saya bisa lebih bahagia dalam menjalani hidup, dan bagaimana saya bisa mengatasi permasalahan dengan anak saya yang pertama. Saya takut dia akan terus tertinggal pelajarannya. Terima kasih atas bantuannya. (Ibu S)
JAWABAN
Dengan kondisi ibu saat ini, saya bisa memahami, betapa sulitnya membagi waktu, tenaga dan pikiran untuk anak-anak dan keluarga.
Kalau saya mencermati permasalahan ibu, saya menyimpulkan bahwa permasalahan ibu saat ini sebenarnya terletak di dua masalah utama.
Untuk itu, saya harap, saran-saran berikut ini dapat bermanfaat untuk meringankan beban ibu dalam pengasuhan anak:
Masalah 1: Tentang kondisi keterlambatan belajar si sulung
Pertanyaan berikut ini mungkin bisa dijadikan acuan untuk menemukan solusi yang praktis bagi si sulung, yaitu:
1. Bagaimanakah pola belajarnya selama di rumah? Apakah padat tanpa waktu bermain sehingga anak jenuh? Ataukah longgar tanpa disiplin waktu belajar yang disepakati sehingga anak lalai?
2. Sudahkah ditemukan informasi dari guru, guru les, termasuk anak ibu sendiri, apa yang menyebabkan belajarnya terhambat? Apakah factor guru, factor pelajaran, factor kejenuhan, factor ketegangan, factor gaya belajar yang kurang sesuai (misalnya anak lebih mudah belajar dengan cara praktek langsung, namun, dipaksa dengan cara menghafal)? Atau factor biologis (dalam hal ini: ada kemungkinan gangguan yang memang membutuhkan terapi khusus atau obat, yaitu dysleksia dan sejenisnya)?
3. Bagaimana metode ibu dalam menghadapi si sulung? Apakah dengan keras dan tegang? Atau sedikit timpang dari adiknya (yang dapat menimbulkan kecemburuan dan akhirnya mencari perhatian dengan cara yang diketahui)?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat dirangkum dalam 4 (empat) K, yaitu Kendalikan emosi (dengan memastikan terlebih dulu penyebab utama dari permasalahan anak, agar tidak salah perlakuan), Kerja sama (antar kedua orang tua dan anak), Komunikasi yang membangun (tidak menghakimi ataupun menegatifkan anak), dan Konsistensi (terhadap aturan main yang sudah disepakati bersama anak, misalnya jam main, jam belajar, dll)
Masalah 2: Tentang kondisi emosi ibu dalam peran sebagai orang tua.
Permasalahan merupakan bagian dari hidup. Dan justru dengan adanya masalah itulah, kita dapat bersyukur karena kita diberikan anugerah untuk memperjuangkan sesuatu, terutama demi keluarga.
Untuk itu, saya coba membantu dengan memberikan saran terkait dengan pembagian peran untuk mencapai kebahagiaan optimal, sebagai ibu, sebagai istri, maupun sebagai pribadi.
Dalam satu hari, kita memiliki 24 jam yang dapat kita gunakan, di mana rata-rata orang, pembagiannya waktunya sebagai berikut:
8 jam = Waktu Istirahat/ tidur (kualitas terbaik adalah 6 s/d 7 jam)
8 jam = Waktu Berkarya/ Bekerja sesuai tuntutan peran masing-masing (termasuk ibu rumah tangga)
8 jam = Waktu Pribadi (bersenang-senang, keluarga, teman, atau lain-lain)
Bila waktu kita lebih banyak:
a) Bekerja/ Berkarya dan Istirahat saja ( – Pribadi) ? kita akan mudah stress dan jenuh
b) Pribadi dan Istirahat saja ( – Berkarya) ? kita menyia-nyiakan waktu
c) Bekerja/ Berkarya dan Pribadi ( – Istirahat) ? kita mudah terkena penyakit dan tubuh kita akan mengalami kelelahan yang mengurangi efektitas segalanya
Dengan melihat pembagian waktu tersebut, saya mengasumsikan bahwa ibu terlalu menguras seluruh energi, pikiran dan tenaga ibu untuk berkarya sebagai ibu rumah tangga sehingga ibu mengalami kejenuhan dan tekanan.
Hal ini dapat ibu atasi dengan mengambil waktu luang yang benar-benar pribadi diri sendiri untuk refreshing sejenak, sehingga ibu akan siap kembali secara emosi menjalankan peran ibu dengan penuh syukur, bahwa ada anak-anak yang lucu, yang dapat ibu perjuangkan.
Karena anak adalah anugerah hidup bagi orang tua dan orang tua adalah malaikat pelindung bagi anak.
Demikian saran kami. Semoga bermanfaat bagi kebahagiaan keluarga ibu.
Salam sukses!
Tim Psikologi Anak
sumber : www.psikoanak.com