Syok
luar biasa pastinya, ketika Anda mendapati si praremaja Anda sedang
asyik menonton adegan-adegan erotis film porno di layar laptop. Anda
spontan berteriak, sementara si praremaja mematung dengan wajah tak
berdaya, merasa bersalah, sekaligus ketakutan. Ya, rasanya memang campur
aduk, antara tak percaya, marah, gemas, dan takut. Sebagai orang tua,
Anda juga merasa bersalah karena tak bisa menjaga dan melindungi anak
dari pengaruh buruk.
Sekadar marah-marah dan melarang jelas bukan solusi bijaksana. Apalagi, seks sesungguhnya bukanlah perbuatan kotor dan menjijikkan yang perlu dijauhi, apalagi dihindari manusia. Justru sebaliknya, seks adalah perbuatan alamiah sebagai sarana reproduksi manusia dan ungkapan kasih sayang dua orang yang saling mencintai.
Yang jadi masalah, anak Anda belum cukup umur untuk mengenal seks sejauh itu, meski secara alamiah, bisa jadi ia sudah memiliki dorongan seksual, sehingga dikhawatirkan ia akan ketagihan dan lupa akan tugas-tugasnya sebagai anak, seperti belajar dan bermain. Bukan itu saja, yang juga membuat Anda cemas, tontonan video porno tidak hanya menyajikan adegan-adegan seks yang konvensional, melainkan juga yang hard core, bahkan yang menyimpang. Misalnya, adegan-adegan sadomasokis, seks anal, homoseksual, seks ramai-ramai, dan sebagainya.
Untuk itu, coba ikuti panduan yang dilansir dari www.pesona.co.id di bawah ini, jika Anda memergoki si praremaja sedang menonton film porno:
1. Tarik napas, tekan dan tenangkan emosi Anda. Ini memang tidak mudah, tapi percayalah, bersikap tenang jauh lebih baik ketimbang marah-marah, panik, atau histeris. Bila Anda bersikap tenang, anak akan lebih mudah didekati dan diajak bicara. Sebaliknya, bila orang tua histeris atau marah-marah, anak akan menjauh dan menutup diri.
2. Menetralkan situasi. Bahwa anak Anda merasa malu terhadap perbuatannya sendiri, itu pasti; meskipun di permukaan ada anak yang berusaha terlihat tak peduli. Bahkan, bisa jadi anak akan merasa jijik terhadap dirinya sendiri. Karena itu, orang tua harus menormalkan situasi untuk mengurangi rasa malu (dan jijik) yang dirasakan anak Anda.
Baca juga: Film Tidak Layak Ditonton Anak
3. Cari tahu sejauh apa ia menonton. Karena kemungkinan besar anak Anda sudah menyaksikan lebih dari satu tayangan, bahkan mungkin sudah sering, cobalah memancing ia untuk buka-bukaan tentang sejauh mana yang sudah pernah ia saksikan, dan adakah (adegan-adegan) yang membuat ia bertanya-tanya atau penasaran.
4. Jadikan ini kesempatan emas untuk memberi penjelasan yang proporsional dan mendidik tentang seks. Bahwa seks sesungguhnya bukanlah yang hal yang dihindari, asalkan dilakukan oleh orang-orang yang sudah dewasa dan sudah terikat perkawinan. Bahwa bila sudah waktunya, ia juga boleh melakukannya dengan pasangan sahnya. Sebelum tiba waktunya, biarkan hal itu tetap jadi misteri yang indah.
5. Jelaskan bahwa hubungan seks harus dilakukan atas dasar cinta, sehingga harus dilakukan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, bukannya dengan kekerasan atau penyimpangan-penyimpangan lain. Ini untuk mencegah anak menyimpan memori tentang perilaku seks yang menyimpang, atau bahkan menjadikannya sebagai referensi.
6. Jelaskan pula tentang bahaya kecanduan menonton tayangan pornografi, khususnya bagi anak-anak. Cobalah menjelaskan bahwa tontonan seperti itu akan membuat anak jadi lupa belajar, lupa bermain, lupa berteman, dan tak ingin melakukan kegiatan-kegiatan lain yang mengasyikkan.
7. Ajak anak melakukan kegiatan-kegiatan di luar rumah yang sesuai minatnya, seperti ikut sekolah sepak bola, kursus membuat animasi komputer, dan sebagainya, sehingga pikirannya tidak lagi hanya terpaku pada tontonan porno. Pada saat bersamaan, mintalah bantuan ahli IT untuk memblokir situs-situs porno di laptop pribadi anak Anda, juga di smartphone anak Anda.
www.parenting.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar