Pujianto & Beberapa sumber
Banyak
guru mengeluh karena tugas guru jaman sekarang sangatlah banyak.
Guru tidak hanya mengajar di depan siswa, tapi masih harus memikirkan masalah administrasi yang sangat banyak seperti program semester, RPP, dll.
Guru tidak hanya mengajar di depan siswa, tapi masih harus memikirkan masalah administrasi yang sangat banyak seperti program semester, RPP, dll.
Selain itu masih ada
juga tuntutan moral guru sebagai seorang pendidik yang diharapkan mampu
menanamkan nilai dan budi pekerti yang baik ke anak-anak. Dengan tuntutan
pekerjaan yang begitu banyak, ironisnya penghargaan kepada profesi guru itu
semakin berkurang.
Itulah Tuntutan guru di jaman sekarang, banyak guru yang mengeluh bahkan marah ketika menghadapi tekanan termasuk tekannan bagi orang tua murid yang seringkali menuntut lebih agar anak-anaknya nyaman dan berprestasi
Berbeda dengan Guru-guru jaman dulu, jaman dahulu guru sangatlah
dihormati, baik oleh murid-muridnya maupun oleh masyarakat. Guru masih dianggap
sebagai pekerjaan yang mulia dan terpandang. Derajat guru dalam sosial
masyarakat bahkan terkadang lebih ditinggikan dibanding konglomerat di daerah
itu.
Begitupun dengan murid-murid. Setiap guru datang selalu disambut murid dengan dan murid selalu mematuhi apa yang guru perintah. Bandingkan dengan kondisi guru sekarang. Guru tidak ada bedanya dengan pekerjaan lainnya, dan murid kurang hormat lagi kepada guru.Semakin banyak anak yang kurang ajar dan membantah perkataan guru. Sebagai seseorang yang merasakan pendidikan sebagai murid pada jaman dulu dan sebagai guru pada jaman sekarang, saya tahu betul perbedaan itu.
Begitupun dengan murid-murid. Setiap guru datang selalu disambut murid dengan dan murid selalu mematuhi apa yang guru perintah. Bandingkan dengan kondisi guru sekarang. Guru tidak ada bedanya dengan pekerjaan lainnya, dan murid kurang hormat lagi kepada guru.Semakin banyak anak yang kurang ajar dan membantah perkataan guru. Sebagai seseorang yang merasakan pendidikan sebagai murid pada jaman dulu dan sebagai guru pada jaman sekarang, saya tahu betul perbedaan itu.
Bersambung.................
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hanifakhtar/guru-jaman-dulu-vs-guru-sekarang_56185284c9afbdac081e8529
Di ruangan itu, hanya
sayalah perwakilan “guru jaman sekarang” yang hadir, sedangkan yang lain
mengidentikkan dirinya sebagai “guru jaman dulu”. Banyak guru mengeluh
karena tugas guru jaman sekarang sangatlah banyak. Guru tidak hanya
mengajar di depan siswa, tapi masih harus memikirkan masalah
administrasi yang sangat banyak seperti program semester, RPP, dll.
Selain itu masih ada juga tuntutan moral guru sebagai seorang pendidik
yang diharapkan mampu menanamkan nilai dan budi pekerti yang baik ke
anak-anak. Dengan tuntutan pekerjaan yang begitu banyak, ironisnya
penghargaan kepada profesi guru itu semakin berkurang. Dan sebagai
satu-satunya perwakilan guru jaman sekarang yang hadir di ruangan
tersebut, maka tidak salah jika sayalah yang menjadi sasaran “kemarahan”
mereka. Kemudian mereka melanjut kemarahan mereka dengan membandingkan
dengan guru-guru jaman dulu.
Guru-guru jaman dulu itu sangat dihormati, baik oleh murid-muridnya
maupun oleh masyarakat. Guru masih dianggap sebagai pekerjaan yang mulia
dan terpandang. Derajat guru dalam sosial masyarakat bahkan terkadang
lebih ditinggikan dibanding konglomerat di daerah itu. Begitupun dengan
murid-murid. Setiap guru datang selalu disambut murid dengan dan murid
selalu mematuhi apa yang guru perintah. Bandingkan dengan kondisi guru
sekarang. Guru tidak ada bedanya dengan pekerjaan lainnya, dan murid
kurang hormat lagi kepada guru. Semakin banyak anak yang kurang ajar dan
membantah perkataan guru. Sebagai seseorang yang merasakan pendidikan
sebagai murid pada jaman dulu dan sebagai guru pada jaman sekarang, saya
tahu betul perbedaan itu. Sayapun sebagai guru jaman sekarang sering
jengkel ketika murid saya kurang ajar terhadap saya, perasaan dulu pas
aku jadi murid ga kayak gitu deh. Batinku.
Saya kemudian bertanya kepada guru-guru itu, “siapa yang mau
disalahkan?”. Semua guru sepakat bahwa sistemnya sekarang yang salah.
Kaum intelektual dan pemerintah kita selalu menyalahkan guru jaman dulu
yang minim inovasi dan sangat kaku. Namun kenyataannya, anak jaman dulu
lebih pintar dan lebih sopan. Bisa dilihat sekarang, berapa jumlah anak
kelas 3 yang masih belum lancar membaca atau berapa jumlah anak kelas 5
yang belum hapal perkalian 1-10. Banyak sekali (data ini diambil dengan
standar daerah Kabupaten Banggai, bukan di Jawa). Dulu mana ada hal
seperti ini, kalau belum bisa membaca, mbuh pie carane harus bisa
membaca. Kalau belum hapal perkalian mbuh pie carane harus hapal
perkalian. Belum lagi dalam hal kesopanan siswa. Sistem yang diciptakan
sekarang justru membuat fokus guru untuk mendidik terpecah karena harus
memikirkan urusan administrasi dll. Guru sekarang bukan lagi dinilai
dari seberapa pintar atau seberapa sopan anak didiknya, tetapi dari
seberapa rapi mereka membuat administrasi.
Sebutan guru sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” itu tidak ada lagi.
Pertama karena guru sekarang tidak lagi dianggap pahlawan, dan kedua
karena tanda jasa (baca:uang) untuk guru, terutama guru sertifikasi
sekarang sudah lebih dari cukup. Dulu menjadi guru adalah murni
panggilan hati untuk mencerdaskan anak bangsa karena tidak ada tunjangan
dari pemerintah, sehingga mereka fokus untuk pengabdian pendidikan.
Namun semenjak era sertifikasi guru, profesi guru dianggap sangat
menjanjikan. Minat masyarakat untuk menekuni profesi guru kian besar.
Hal ini tidal lepas dari segudang tunjangan yang diberikan pemerintah.
Idealnya, pemberian tunjangan harus diimbangi dengan semangat, kualitas,
dan kedisiplinan guru. Namun yang mengganjal adalah bahwa guru
sertifikasi cenderung berorientasi pada materi. Tercederailah niat baik
pemerintah untuk mengangkat derajat guru.
Tidak mau terjebak dari satu sudut pandang saja, saya kemudian
mencari-cari “pembelaan” dari guru jaman sekarang via artikel di
internet. Banyak artikel yang membandingkan guru jaman sekarang dan guru
jaman dulu, dan tidak sedikit diantaranya mengatakan guru jaman
sekarang lebih baik. Guru jaman sekarang sudah lebih inovatif dan lebih
humanis. Lalu sebenarnya apa masalahnya? Jika guru jaman sekarang sudah
lebih inovatif dan lebih humanis, kenapa murid jaman sekarang lebih
bodoh dan lebih kurang ajar (sekali lagi ini bukan data nasional, hanya
data kasar di Kabupaten Banggai). Kemudian saya mencoba sok-sok
menganalisis, berdasarkan pengamatan pribadi saya.
Dahulu, ilmu pengetahuan belum berkembang sepesat sekarang. Guru sangat
dihormati, pertama karena memang merekalah satu-satunya sumber ilmu.
Kalau tidak ada guru, mereka tidak bisa belajar. Sekarang coba lihat,
dari mana saja kita bisa belajar. Buku, televisi, laptop, handphone,
semuanya bisa jadi sumber belajar kita. Apalagi dengan filosofi
pendidikan sekarang yang harus kontekstual, maka belajar tidak hanya
bisa dilakukan disekolah. Jika memang demikian, bahkan bisa-bisa guru
kalah dengan muridnya. Banyak guru yang tidak bisa mengoperasikan
laptop, jangankan mengoprasikan, memegangnya saja takut. Jika sudah
demikian, secara psikologis ketakutan murid ke guru tidak lagi seperti
dulu karena tanpa guru pun mereka masih bisa belajar.
Kedua, dengan mulai meleknya masyarakat akan HAM, banyak guru yang takut
berbuat kekerasan untuk mengontrol perilaku siswa. Jika dulu rotan
adalah sabahat guru, sekarang bahkan untuk memaki siswa dengan kata-kata
kasar saja guru sudah pikir-pikir. Jangan-jangan nanti ada orang tua
yang tidak terima dan dilaporkan ke polisi. Jika sudah demikian, ruang
gerak guru semakin terbatas, dan ketakutan siswa terhadap guru semakin
berkurang, bahkan tidak jarang guru yang lebih takut kepada siswa.
Dengan dua alasan tersebut saja sudah terlihat jelas semakin melemahnya
kewibawaan guru di mata murid. Tidak ada lagi guru yang disegani
muridnya.
Ketiga, sekaligus menaggapi keluhan guru-guru tentang banyaknya tugas
guru, terutama menyangkut administrasi, dll. Dengan adanya perubahan
dalam pemberian penghargaan ke guru oleh pemerintah dengan Tunjangan
Profesi Guru maka sebenarnya sudah sangat layak jika pekerjaan itu
menjadi pekerjaan wajib bagi guru. Masalahnya, untuk mengubah mindset
dan kebiasaan ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Guru-guru senior kadung menganggap pekerjaan guru sebagai sebuah
pekerjaan setengah hari, dimana sisa harinya adalah milik mereka
pribadi. Begitulah sebagian besar guru jaman dulu bisa bertahan dengan
segala kekurangan yang ada. Sepulang sekolah mereka biasanya memiliki
pekerjaan lainnya entah mengurus sawah atau berdagang.
Realitanya, sekarang guru bukan lagi sebuah pengabdian murni. Menjadi
guru adalah bekerja secara profesional, dengan kewajiban utama membuat
murid menjadi tahu, menjadi terampil, dan berakhlak baik. Belum ada
titik temu antara apa yang diinginkan pemerintah dengan kebiasaan yang
dijalankan guru. Maunya pendapatan ditambah supaya bisa bekerja penuh
waktu dan tidak usah memikirkan urusan lainnya, namun apa daya kebiasaan
“tidak mau diganggu gugat” setelah lonceng pulang sekolah berbunyi
tidak bisa ditinggalkan. Dan korbannya adalah murid-murid. Guru bisa
dengan mudah meninggalkan mengajar di kelas dengan alasan masih harus
membuat administrasi, padahal seharusnya pekerjaa
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hanifakhtar/guru-jaman-dulu-vs-guru-sekarang_56185284c9afbdac081e8529
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hanifakhtar/guru-jaman-dulu-vs-guru-sekarang_56185284c9afbdac081e8529
Tidak ada komentar:
Posting Komentar