Senin, 30 Oktober 2017

CARA MEMBUAT PROSES BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Oleh : Kak Pujianto SPd

Bagaimana sih agar kegiatan belajar menjadi proses yang menyenangkan bagi ke duabelah pihak tentunya pihak yang di ajar dan yang mengajar? mudah kok, bagaimana caranya? caranya sangat mudah karena sebagian teman-teman guru sebenarnya bisa melakukannya dan caranya bukan cara yang membutuhkan kursus atau wokshop yang berhari hari, lalu bagaimana?

1. Jadilah guru yang bergairah
Jangan jadi gur yang loyo, kenapa banyak guru loyo bahkan terlihat sangat lelah, mukanya cemberut dan jauh dari gaerah. Guru yang tidak bergaerah akan membuat kelas tidak menyenangkan, ingat keceriaan anak-anak itu di pengaruhi oleh guru yang bergaerah.

2. Guru harus berfikir positif
Jangan mudah berfikir negatif, tapi berfikir positif, kalau pikiran kita positif maka biasanya apa yang kita kerjakan akan menghasilkan yang positif, pandang anak-anak dengan positif, pandang rekan guru di sekolah kita dengan positif, jangan mudah berprasangka buruk dengan orang lain termasuk dengan anak-anak didik kita

Selasa, 19 September 2017

TIPS MENDIDIK ANAK BUAT ANDA YANG SIBUK



Berfokus pada pendidikan anak Anda telah menjadi hal yang lebih penting sekarang daripada sebelumnya. Anda tidak hanya memastikan bahwa anak-anak Anda pergi ke sekolah terbaik tetapi juga memastikan bahwa pendidikan mereka menyediakan mereka dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk masa depan.
Banyak orang tua merasa sulit untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, terutama untuk orang tua yang bekerja. Tapi orang tua harus bersedia berkorban demi kemajuan pendidikan anaknya. Lihatlah beberapa tips berikut ini yang akan membantu Anda memastikan bahwa anak Anda menerima jenis pendidikan yang diajarkan dengan benar.

Senin, 22 Mei 2017

Saat Anak Kepergok Nonton Film Porno, Apa yang harus di lakukan?

Syok luar biasa pastinya, ketika Anda mendapati si praremaja Anda sedang asyik menonton adegan-adegan erotis film porno di layar laptop. Anda spontan berteriak, sementara si praremaja mematung dengan wajah tak berdaya, merasa bersalah, sekaligus ketakutan. Ya, rasanya memang campur aduk, antara tak percaya, marah, gemas, dan takut. Sebagai orang tua, Anda juga merasa bersalah karena tak bisa menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk.

Sekadar marah-marah dan melarang  jelas bukan solusi bijaksana. Apalagi, seks sesungguhnya bukanlah perbuatan kotor dan menjijikkan yang perlu dijauhi, apalagi dihindari manusia. Justru sebaliknya, seks adalah perbuatan alamiah sebagai sarana reproduksi manusia dan ungkapan kasih sayang dua orang yang saling mencintai.

Minggu, 21 Mei 2017

BILA ANAK ANDA BICARA KASAR COBA LAKUKAN 10 Hal Ini



PERTANYAAN :
Apa yang bisa di lakukan ketika anak balita suka berkata kasar?

JAWABAN
Anak sering bereksperimen dengan kata, dan sangat ingin tahu bagaimana orang dewasa akan bereaksi. 
Hampir semua anak pernah mengatakan atau mengekspresikan kata kasar. Meski begitu, sering kali ia tidak tahu arti kata yang diucapkan. Bisa jadi, ia hanya mencari perhatian Anda, merasa senang atau bangga melihat reaksi ‘kaget’ dan perasaan tidak nyaman orang dewasa akibat perilakunya itu. Itulah pendapat dari Yapina Widyawati seorang psikolog dari Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya, Jakarta yang di lansir parenting.co.id

Senin, 20 Maret 2017

Bolehkah Menghukum Anak Kita


Kalau ada pertanya anak Bolehkah kita menghukum anak kita sendiri, atau anak didik kita di sekolah? Saya menjawab boleh dan silahkan.
 

Boleh menghukum tapi tau waktunya kapan dan berapa lama, mari kita bahas tentang menghukum dan apa yang harus kita perhatikan.

SATUAN WAKTU

      Satu konsep tentang hukuman adalah adanya satuan waktu.   Kalau kita menghajar setiap waktu itu bukan mendidik, bukan mendisiplin anak, tetapi ngamuk dan amarah, itu hoby atau kebiasaan, bahkan perilaku yang keluar dari hati yang jahat.  Jika orang tua menghajar setiap waktu, anak tidak akan hormat  tetapi takut, kita perlu membuat anak hormat dengan orang tua dan bukan takut dengan orang tua.

      Kapan kita mendisiplin anak ? Saat anak berbuat yang melanggar aturan, etika, norma atau hukum yang kita buat.  Seberapa lama kita mendisiplin anak ?  Sesuai fungsi hukuman adalah untuk menyadarkan kesalahan, jika anak sudah merasa salah maka kita harus berhenti menghukumnya.  Jangan anak sudah merasa dan menyadari kesalahannya, kita masih ngomel, marah, berteriak-teriak, karena kita merasa belum selesai berbicara, belum puas. “Lihat mama, mama belum selesai biacara! ...bla bla bla.....”  Dan kita berbicara terus ‘nyerocos’ sampai puas.  Ini tidak mendidik,  ini amarah.

      Misal kita menghukum dengan ‘memarahi’ selama 5 menit, anak sudah menyadari kesalahannya, dan kita tetap meneruskan ‘didikan’ kita, sampai 15 menit, ini justru merusak fungsi didikan di 5 menit pertama tadi.  Karena anak bisa saja mendengar yang kita ucapkan, tetapi dalam hatinya mereka berkata;

“Mama bawel, mama bawel…   .!”
“Emangnya gue pikirin!” 
“Banyak omong lu ... emangnya gue dengerin... ”

      Anak tidak jadi menyadari kesalahannya, tetapi justru membenci atau kepahitan, merasa diperlakukan tidak adil atau diperlakukan seperti ‘anak kecil’.
      Janganlah marah berubah menjadi amarah (atau marah-marah), menjadi dendam, menjadi menyerang pribadinya dan bukan kesalahannya.  Biarlah marah adalah bagian mendidik, yang dilakukan secara sadar dan terkendali, ada satuan waktu dan ukurannya.

      Orang bijak berkata: “Boleh marah, tetapi jangan sampai matahari terbenam dan masih ada amarahmu”  Orang Jawa di kampung saya sering berkata; “Kalau sudah Mahgrip jangan marah-marah nanti ada setan lewat”

      Saya  menasehati, supaya marah tidak berubah menjadi dosa, marah ada waktunya, tidak boleh terus terbawa hingga esok hari, artinya menjadi kebencian atau dendam.  Jangan  sampai  menjadi ‘persepsi’ kita akan anak tersebut.  Anak bisa berbuat kesalahan, tetapi tidak berarti itu kepribadian anak, karena kepribadian sendiri bisa dibentuk dengan cara mendidik yang benar.  Jika membangun persepsi yang salah tentang si-anak dan setiap kali marah, selalu mengungkit ungkit kesalahan sebelumnya untuk memperkuat argumen kita, bahwa anak ‘memang begitu’, maka ini berbahaya, karena anak akan menjadi ‘begitu’ karena dipersepsikan ‘begitu’.

BOLEH MENGHUKUM ANAK, SELANJUTNYA?....

M enghukum ‘harus’ dilakukan selanjutnya cukup mengancam, tidak perlu dan tidak harus selalu menghukum. Jadi misal anak nakal, dulu kita puk...